Kamis, 02 Mei 2013

AITAKATA

 
Misako dan Meichan itulah nama mereka. Mereka adalah perempuan cantik dan masih mahasiswa. Mereka tinggal di rumah kos yang sederhana tapi sebenarnya mereka dari keluarga kaya, pemilik sebuah perusahaan yang sukses di negara yang bernama Foody.
Saat Misako sibuk menatap laptopnya dengan tersenyum –senyum sendiri yang membuat sahabatnya itu geli, “Misa , kenapa kau senyum – senyum sendiri seperti orang gila saja “, tegur Meichan. Misakopun menoleh dengan tatapan sinis, “ Mau tahu aja urusan orang”, jawab Misako. “Ayolah, cerita padaku, berbagi itukan baik” kata Meichan . Misako pun mulai beranjak dari kursinya dan menuju temapat sahabatnya itu.
“Satu bulan yang lalu, aku dihubungi oleh seorang laki – laki yang bernama Takumi, dia berasal dari kota Sasami. Aku dihubungi dari facebook. Kami juga bertukar nomor telefon. Saat ini dia mengajakkku di taman sekitar kota ini. Untuk mempermudah ku mencarinya kami membuat janji untuk bertemu yang pertama kali”, cerita Misako dengan sangat bersemangat. “lalu ,,,, kamu akan menemuinya ? apa kamu tahu ciri – cirinya ?”, tanya Meichan. “ Tentu sajalah aku mengetahui ciri – cirinya, dia bilang dia akan menemuiku memakai baju warna biru tua, sedangkan aku memakai baju warna merah jambu”, jawab Misako.
Keesokan harinya, Misako menunggu Takumi di taman sekitar kota sesuai dengan janjinya. Satu jam telah berlalu, akan tetapi Takumi tak kunjung datang. Akhirnya Maisako memutuskan untuk pulang. Misako pulang dengan wajah cemberut dan penuh api yang membara. Tiba – tiba seekor anjing bulldog warna hitam besar mengejarnya, Misako yang ketakutan berlari secepat mungkin tanpa mengetahui arah. Dia melihat sebuah gubuk kecil, sebuah ide untuk bersembunyi dari kejaran anjing itupu muncul. Tanpa pikir panjang Misakopun bersembunyi di dalam gubuk tersebut. Akan tetapi sesuatu hal yang tidak masuk akal terjadi.
Saat memasuki gubuk kecil cahaya datang dan Misako terjatuh dalam cahaya tersebut dan masuk ke dunia yang berbeda dengan dunia abad 21. Pohon – pohon besar dan kincauan burung sangat nyaring terdengar serta langit biru yang begitu cerah berbeda dengan dunia yang biasa ia tinggali. Misako merasa nyaman dengan suasana sejuk yang menenangkan.  Misakopun melentangkan tangan dan menghirup dalam – dalam udara segar tanpa polusi. Sesaat kemudian Misako menikmati pemandangan dan terlelap dalam buaian mimpi indah. Tiba- tiba ia dikagetkan dengan suara kuda yang berlari. Misakopun terbangun dan menghampiri suara tersebut. Dia terkejut ketika melihat orang yang berpakaian baju tradisional negara foody. “Permisi , ini lagi ada syuting film apa ya ?” tanya Misako. “syu,,,syuting film itu apa ya ?” tanya orang tersebut bingung. Misako pun kaget dengan pertanyaan tersebut. “Maaf, sekarang ini tahun berapa ya ?”, tanya Misako dengan sedikit takut. “Sekarang ini tahun kucing, masa anda tidak tahu? Apakah anda sakit  atau gila ?”, jawab orang tersebut seraya pergi meninggalkan  Misako yang terdiam dalam lamunannya.
Matahari sudah mulai tak menampakkan diri lagi, kini bintanglah yang mulai muncul menggatikan posisi sang surya. Kini dalam kegelapan malam, Misako berjalan dalam hutan di negara yang ia tak kenal berteman bintang dan bulan. “Tidak adakah orang disini ? Adakah orang yang dapat membantuku ?”, kata Misako dengan ketakutan. Tak terasa Misako sudah berjalan jauh tanpa memperhatikan arah sedikitpun. Dari sudut matanya keluar air mata, Misako begitu ketakutan hingga ia tidak tahan lagi untuk menahan air matanya. Huu,,,huu,,,huu suara tangisan Misako mulai memecah keheningan malam.
Seekor ular  besar tiba- tiba muncul dihadapan Misako membuat ketakutannya semakin memuncak. Ia menjerit sekuat mungkin  berharap seseorang datang menolongnya, dan benar saja seorang laki – laki muda berpakaian seperti pangeran datang dan membunuh ular itu. Misako yang ketakutan terdiam sejenak dan memandangi laki –laki tersebut . “ wow,,,sugoi, dia benar – benar tampan dan seperti pangeran. Apakah aku sedang bermimpi ? aku belum pernah bertemu laki – laki setampan itu kecuali Siwon super junior”, gumam Misako dalam hati. “hai, kau gadis penakut disana! Kenapa malam – malam begini di hutan jika kamu ketakutan”, tanya pemuda tampan kepada Misako. “ aku , kehilangan arah dan,,, tidak tahu rumahku, tetapi aku sama sekali tidak takut jadi jangan sebut aku penakut. Apakah boleh aku mengikutimu ?”, tanya Misako. “ Baiklah, karena kamu perempuan maka aku ijinkan kamu mengikutiku. “Benarkah ? kalau begitu siapa namamu ? oh ya namaku Misako, Momoto Misako”, tanya Misako. “Baiklah, senang bertemu denganmu Misako, namaku Sakuya, Iragashi Sakuya”, jawab Sakuya.
Dalam kegelapan malam berteman bulan dan bintang Sakuya dan Misako berjalan berdua. Sepertinya bunga Sakura sebentar lagi akan mekar dalam pohon mereka berdua. “ Hai Misako, tidak dapatkah kamu berjalan lebih cepat sedikit ?”, tanya Sakuya. “Hei, apa kamu tidak lihat bawaan kamu yang aku bawa ? dasar laki – laki tidak berperasaan”, jawab Misako dengan sinis. “ Siapa suruh mengikuti aku? Itulah resikonya wanita penakut”, jawab Sakuya. “Sakuya , kenapa kamu sangat jahat pada perempuan. Dasar alien tak berhati”, bentak Misako kepada Sakuya. Tanpa terasa mereka akhirnya sampai pada kota Sushi. Kota tempat Sakuya tinggal. Kota kecil yang damai dan nyaman dengan penduduk yang ramah  serta murah senyum.
Sakuya yang baru tiba dari hutan disambut dengan ramah  dan hormat oleh seluruh  pendduk kota Sushi seakan – akan Sakuya adalah pangeraan dari kota tersebut. Misako yang tidak tahu menahu tentang dunia yang ia tempati sekarang hanya terdiam dan terbengong melihat perlakuan penduduk terhadap Sakuya. Dimata Misako awalnya Sakuya adalah cowok idaman setiap cewek, tetapi melihat perlakuan Sakuya kepadanya membuta Misako benci setengah mati terhadap Sakuya. “Hei budak, kenapa kau diam saja disitu ? cepatlah kemari” kata Sakuya terhadap Misako dengan sinis. “ Siapa yang bilang aku budakmu bahkan aku belum menyetujui atau menandatangi kontrak ? dasar alien tak berhati uek,,,”,jawab Misako dengan marah – marah. Dengan kata – kata Misako yang sedikit aneh dan kelakuannya terhadap Sakuya, membuat hati Sakuya semakin tertarik terhadap Misako.
Kini mereka berdua berjalan menuju rumah Sakuya yang besar dan megah bagaikan istana. Misako terbengong melihat rumah Sakuya yang begitu besar. Ia semakin penasaran dan ingin mengetahui siapa sebenarnya Sakuya.
“Sakuya,,,,!”, terdengar suara perempuan dari dalam rumah Sakuya
“Ayuzawa”, jawab Sakuya dengan senang.
Ketika Misako menoleh, betapa terkejutnya ia melihat sahabatnya Meichan ada disini. Tanpa pikir panjang Misako langsung memeluknya dan menangis bahagia.
“Meichan, aku benar –benar senang kamu ada disini. Banyak sekali yang ingin aku ceritakan padamu., aku benar – benar takut disini. Aku ingin pulang tapi aku gak tahu jalan dan tempat apa ini sebenarnya ? ini dimana ? bisakah kita pulang sekarang Mei ?”, kata Misako sambil menangis.
Dengan kasarnya Ayuzawa yang dikira Meichan oleh Misako langsung melpaskan pelukan Misako sambil menghina Misako gila. Misako semakin sedih dan bingung dengan semuanya, ia bertanya – tanya kenapa semuanya terjadi pada dirinya padahal dia sama sekali tidak berbuat salah. Sementara Ayuzawa dan Sakuya masuk ke dalam rumah, Misako terdiam dan menangis tiada henti. Ia tidak dapat menahan air mata yang keluar dari kelopak matanya. Ia sangat takut dengan ini semua dan berharap ini semua adalah mimpi.
Dari balik jendela Sakuya melihat Misako yang sangat menyedihkan. Dalam lubuk hatinya ia ingin melihat senyuman dan tawa Misako lagi serta amarah Misako kepada dirinya yang belum pernah ia dapat dari cewek manapun.  Melihat Misako yang menyedihkan Sakuya menghampirinya.
“Hei, apa kamu benar – benar wanita penakut ? Lihatlah air matamu itu, sungguh banyak. Apa kamu mau membanjiri rumahku ?”, kata Sakuya
“Aku tidak ingin berdebat dengan kamu jadi pergilah! Cepat pergi”, jawab Misako
“Baiklah aku akan pergi tapi kamu harus berhenti menangis. Tersenyum dan tertawa oke”, kata Sakuya sambil mengusap air mata Misako.
“Apa kamu mencoba mempermainkanku ? Baiklah aku akan tertawa dan tersenyum tapi itu bukan karena kamu, ini,,, karena aku ingin !”, jawab Misako dengan sinis kepada Sakuya.
Dengan wajah merah karena malu Misako masuk ke dalam rumah dan meninggalkan Sakuya sebagai tuan rumahnya. Sesaat Sakuya heran deengan prilaku Misako,ia pun mengikuti Misako masuk kedalam rumah.”Hei, kau ganti baju ini, kau sungguh terlihat aneh dengan baju yang kau pakai”,sahut Sakuya saat Misako bersantai di sofa. “apa? Pakai baju jadul seperti ini?sungguh tak keren”jawab Misako sambil melihat baju tradisional itu.”Tak mau? Kau mau dikira orang gila?”,kata Sakuya. Akhirnya Misako mau ganti baju tradisional itu.
“Wow....kau sungguh cocok memekai baju itu”,kata Sakuya memuji saat Misako baru keluar kamar. Wajah Misako memerah karena pujian dari Sakuya.”Hei... mau jalan – jalan ke sekitar kota?”ajak Sakuya. “Boleh”,jawab Misako singkat.mereke jalan –jalan menggunakan kuda yang memang itu kedaraan utama di negara itu.
Suasana kota malam hari dengan diterangi lampion dan bintang sungguh membuat Miasako benar – benar kagum. Sejenak Misako teringat dengan kotanya, kota dimana ia dan sahabatnya tinggal. Misako dan Sakuya menikmati jalan – jalan mereka. Hal tersebut membuat mereka berdua semakin dekat. Seusai jalan – jalan mereka pulang, Ayuzawa yang sedari tadi menunggu Sakuya pulang tampak kesal melihat Misako pulang bersama Sakuya dengan wajah berseri – seri.
“ Sakuya, ayo kita makan malam. Aku sudah memasak sasami kesukaaaanmu. Oh ya, Misako juga ikut ya”, kata Ayuzawa.
“Benarkah ! wah, kelihatannya sangat enak. Ayuzawa pasti pintar masak ?”, tanya Misako
“ Tentu saja, hanya wanita bodoh saja yang tidak bisa memasak apalagi sebentar lagi aku akan menjadi istri dari Sakuya jadi sudah pasti aku harus pintar masak”, jawab Ayuzawa dengan sinis.
“ Sudah berhentilah bicara ! apa kamu tidak tahu tata krama saat makan?”, bentak Sakuya kepada Ayuzawa.
“Maaf, aku pergi ke belakang sebentar !”, sela Misako
Tiba – tiba Misako merasa sedih mendengar kalau Ayuzawa dan Sakuya sudah bertunangan. Perasaan ini belum pernah ia rasakan sebelumnya, perasaan yang membuat ia bingung. Saat ia berjalan di rumah Sakuya ia menemukan sebuah ruangan yang berisi buku – buku. Tanpa pikir panjang Misako langsung masuk dan mengambil beberapa buku untuk dibaca. Sejenak ia berfikir tentang keberadaan dirinya di tempat ini. Misako berfikir bahwa ini sama dengan hukum relativitas Albert Einsten yang pernah ia pelajari beberapa bulan lalu. Tahun kucing adalah tahun dimana ia ada di kota Sushi dan tahun itu terjadi sekitar 200 tahun yang lalu. Hal itu berarti menunjukkan Misako terlempar ke masa lalu melalui lorong waktu. Misako yang menyadari hal ini kaget dan tidak percaya dengan semua yang terjadi dengan dirinya.
“ Misako, dimana kamu ?”, teriak Sakuya mencari Misako.
Misako tersadar kembali ketika mendengar suara Sakuya dan menjawab panggilannya.
“oh, Sakuya dapatkah aku di ruangan ini malam ini ?”, tanya Misako kepada Sakuya
“Kenapa kamu ingin tinggal di perpustakaan ?”,tanya Sakuya
“Ada sesuatu yang ingin aku cari dan aku pecahkan, jadi dapatkah aku tinggal disini malam ini ?tolong ijinkan aku,”jelas Misako kepada Sakuya sambil memohon
“ Baiklah, jika kau meminta. Oh ya, itu berarti kamu dapat membaca dan menulis ? wah hebat jika kamu dapat melakukannya”, tanya Sakuya
“ Ya jelas aku bisa orang aku datang dari masa depan”, jawab Misako tanpa sengaja
“ apa maksudmu ?”, tanya Sakuya heran
“ bukan apa – apa, sana cepat pergi”, jawab Misako.
Dengan penasaran Sakuya akhirnya pergi meninggalkan Misako di ruang perpustakaan. Sementara itu , Misako sibuk mencari buku dan memecahkan tanggal dimana lorong waktu dapat kembali terbuka sehingga pada saat itu ia dapat melakukan lompatan waktu dan kembali ke abad 21. Setelah semalaman berhitung menggunakn prinsip relativitas dari Einstein akhirnya ia dapat menemukan tanggal  dan tempat dimana ia dapat melakukan loncatan waktu.  Waktu tersebut dua hari dari sekarang tepatnya 25 km dari kota Sushi di kuil Sensei di lereng gunung Waffle. Terbitnya matahari membuat Misako ingin segera pergi ke kuil tersebut. Tanpa pikir panjang Misako langsung mengemas barangnya dan pergi, akan tetapi tiba – tiba Sakuya datang dan memaksanya mengatakan semua kebenarannya. Mengetahui semua kebenran yang tidak dapat dicerna oleh akal sehat manusia, Sakuya hanya
terdiam. Karena mengetahui jauh kuil itu, Sakuya ingin mengantar Misako. Misako sanggat senang mendengarnya hingga tak sadar memeluk Sakuya. Sakuya mulai ikut mengemas bekal membantu Misako. setelah selesai mereka mulai perjalanan dengan mengendarai kuda Sakuya. Bulan mulai terlihat menyinari bumi, mereka berhenti di sebuah gubuk tua yang biasanya dibuat untuk meronda. Suasana malam yang cukup indah membuat dua insan itu salah tingkah dan membuat suasana canggung.
Sesaat kemudian Sakuya memulai pembicaraan akan tetapi Misako yang kecapekan tertidur pulas hingga semua yang dibicarakan oleh Sakuya tidak terdengar. Sakuya yang melihat Misako tertidur tertawa sendiri. Sekarang ia mulai menyadari kalau ia menyukai Misako. Dalam lubuk hatinya ia meninginkan agar Misako tidak kembali ke dunianya, tapi rasanya tidak mungkin untuk mencegah Misako karena Misako sangat bersemangat dan bahagia ketika dapat kembali ke dunianya.
Kicauan burung menyambut pagi mereka. Hari ini adalah hari dimana lorong waktu terbuka. Dengan perasaan sedih Sakuya dan Misako melanjutkan perjalanan. Beberapa saat kemudian mereka telah tiba di kuil Sensei. Dikuil sensei mereka menunggu lorong waktu terbuka. Tak ada satupun dari mereka memulai pembicaraan .sesaat kemudian lorong waktu benar –benar terbuka. Misako yang mengetahui lorong waktu terbuka langsung berlari menuju lorong tersebut, akan tetapi dia terhenti oleh panggilan Sakuya.”Misako, bisakah aku ikut denganmu? Aku sungguh tak ingin kau pergi meninggalkanku.Jujur aku sudah jatuh cinta padamu,jadi jangan larang aku”jelas Sakuya. Sontak  Misako  terdiam  mendengar  pengakuan Sakuya.”aku tak akan melarangmu, jujur aku juga menyukaimu. Aku juga tak ingin berpisah denganmu.cepat !! lorong waktu akan tertutup”kata Misako menarik Sakuya dan memeluknya .









Ambulu, 11 februari 2013

IRAWATI FIRDIAN SARI (13)