Misako
dan
Meichan itulah nama mereka. Mereka adalah perempuan cantik dan masih mahasiswa.
Mereka tinggal di rumah kos yang sederhana tapi sebenarnya mereka dari keluarga
kaya, pemilik sebuah perusahaan yang sukses di negara yang bernama Foody.
Saat Misako sibuk menatap laptopnya dengan tersenyum
–senyum sendiri yang membuat sahabatnya itu geli, “Misa , kenapa kau senyum –
senyum sendiri seperti orang gila saja “, tegur Meichan. Misakopun menoleh
dengan tatapan sinis, “ Mau tahu aja urusan orang”, jawab Misako. “Ayolah,
cerita padaku, berbagi itukan baik” kata Meichan . Misako pun mulai beranjak
dari kursinya dan menuju temapat sahabatnya itu.
“Satu bulan yang lalu, aku dihubungi oleh seorang
laki – laki yang bernama Takumi, dia berasal dari kota Sasami. Aku dihubungi
dari facebook. Kami juga bertukar nomor telefon. Saat ini dia mengajakkku di
taman sekitar kota ini. Untuk mempermudah ku mencarinya kami membuat janji
untuk bertemu yang pertama kali”, cerita Misako dengan sangat bersemangat.
“lalu ,,,, kamu akan menemuinya ? apa kamu tahu ciri – cirinya ?”, tanya
Meichan. “ Tentu sajalah aku mengetahui ciri – cirinya, dia bilang dia akan
menemuiku memakai baju warna biru tua, sedangkan aku memakai baju warna merah
jambu”, jawab Misako.
Keesokan harinya, Misako menunggu Takumi di taman
sekitar kota sesuai dengan janjinya. Satu jam telah berlalu, akan tetapi Takumi
tak kunjung datang. Akhirnya Maisako memutuskan untuk pulang. Misako pulang
dengan wajah cemberut dan penuh api yang membara. Tiba – tiba seekor anjing
bulldog warna hitam besar mengejarnya, Misako yang ketakutan berlari secepat
mungkin tanpa mengetahui arah. Dia melihat sebuah gubuk kecil, sebuah ide untuk
bersembunyi dari kejaran anjing itupu muncul. Tanpa pikir panjang Misakopun
bersembunyi di dalam gubuk tersebut. Akan tetapi sesuatu hal yang tidak masuk
akal terjadi.
Saat memasuki gubuk kecil cahaya datang dan Misako
terjatuh dalam cahaya tersebut dan masuk ke dunia yang berbeda dengan dunia
abad 21. Pohon – pohon besar dan kincauan burung sangat nyaring terdengar serta
langit biru yang begitu cerah berbeda dengan dunia yang biasa ia tinggali.
Misako merasa nyaman dengan suasana sejuk yang menenangkan. Misakopun melentangkan tangan dan menghirup
dalam – dalam udara segar tanpa polusi. Sesaat kemudian Misako menikmati
pemandangan dan terlelap dalam buaian mimpi indah. Tiba- tiba ia dikagetkan
dengan suara kuda yang berlari. Misakopun terbangun dan menghampiri suara
tersebut. Dia terkejut ketika melihat orang yang berpakaian baju tradisional
negara foody. “Permisi , ini lagi ada syuting film apa ya ?” tanya Misako.
“syu,,,syuting film itu apa ya ?” tanya orang tersebut bingung. Misako pun
kaget dengan pertanyaan tersebut. “Maaf, sekarang ini tahun berapa ya ?”, tanya
Misako dengan sedikit takut. “Sekarang ini tahun kucing, masa anda tidak tahu?
Apakah anda sakit atau gila ?”, jawab
orang tersebut seraya pergi meninggalkan
Misako yang terdiam dalam lamunannya.
Matahari sudah mulai tak menampakkan diri lagi, kini
bintanglah yang mulai muncul menggatikan posisi sang surya. Kini dalam
kegelapan malam, Misako berjalan dalam hutan di negara yang ia tak kenal
berteman bintang dan bulan. “Tidak adakah orang disini ? Adakah orang yang
dapat membantuku ?”, kata Misako dengan ketakutan. Tak terasa Misako sudah
berjalan jauh tanpa memperhatikan arah sedikitpun. Dari sudut matanya keluar
air mata, Misako begitu ketakutan hingga ia tidak tahan lagi untuk menahan air
matanya. Huu,,,huu,,,huu suara tangisan Misako mulai memecah keheningan malam.
Seekor ular
besar tiba- tiba muncul dihadapan Misako membuat ketakutannya semakin
memuncak. Ia menjerit sekuat mungkin
berharap seseorang datang menolongnya, dan benar saja seorang laki –
laki muda berpakaian seperti pangeran datang dan membunuh ular itu. Misako yang
ketakutan terdiam sejenak dan memandangi laki –laki tersebut . “ wow,,,sugoi,
dia benar – benar tampan dan seperti pangeran. Apakah aku sedang bermimpi ? aku
belum pernah bertemu laki – laki setampan itu kecuali Siwon super junior”,
gumam Misako dalam hati. “hai, kau gadis penakut disana! Kenapa malam – malam
begini di hutan jika kamu ketakutan”, tanya pemuda tampan kepada Misako. “ aku
, kehilangan arah dan,,, tidak tahu rumahku, tetapi aku sama sekali tidak takut
jadi jangan sebut aku penakut. Apakah boleh aku mengikutimu ?”, tanya Misako. “
Baiklah, karena kamu perempuan maka aku ijinkan kamu mengikutiku. “Benarkah ?
kalau begitu siapa namamu ? oh ya namaku Misako, Momoto Misako”, tanya Misako.
“Baiklah, senang bertemu denganmu Misako, namaku Sakuya, Iragashi Sakuya”,
jawab Sakuya.
Dalam kegelapan malam berteman bulan dan bintang
Sakuya dan Misako berjalan berdua. Sepertinya bunga Sakura sebentar lagi akan
mekar dalam pohon mereka berdua. “ Hai Misako, tidak dapatkah kamu berjalan
lebih cepat sedikit ?”, tanya Sakuya. “Hei, apa kamu tidak lihat bawaan kamu
yang aku bawa ? dasar laki – laki tidak berperasaan”, jawab Misako dengan
sinis. “ Siapa suruh mengikuti aku? Itulah resikonya wanita penakut”, jawab
Sakuya. “Sakuya , kenapa kamu sangat jahat pada perempuan. Dasar alien tak
berhati”, bentak Misako kepada Sakuya. Tanpa terasa mereka akhirnya sampai pada
kota Sushi. Kota tempat Sakuya tinggal. Kota kecil yang damai dan nyaman dengan
penduduk yang ramah serta murah senyum.
Sakuya yang baru tiba dari hutan disambut dengan
ramah dan hormat oleh seluruh pendduk kota Sushi seakan – akan Sakuya
adalah pangeraan dari kota tersebut. Misako yang tidak tahu menahu tentang dunia
yang ia tempati sekarang hanya terdiam dan terbengong melihat perlakuan penduduk
terhadap Sakuya. Dimata Misako awalnya Sakuya adalah cowok idaman setiap cewek,
tetapi melihat perlakuan Sakuya kepadanya membuta Misako benci setengah mati
terhadap Sakuya. “Hei budak, kenapa kau diam saja disitu ? cepatlah kemari”
kata Sakuya terhadap Misako dengan sinis. “ Siapa yang bilang aku budakmu
bahkan aku belum menyetujui atau menandatangi kontrak ? dasar alien tak berhati
uek,,,”,jawab Misako dengan marah – marah. Dengan kata – kata Misako yang
sedikit aneh dan kelakuannya terhadap Sakuya, membuat hati Sakuya semakin
tertarik terhadap Misako.
Kini mereka berdua berjalan menuju rumah Sakuya yang besar dan megah
bagaikan istana. Misako terbengong melihat rumah Sakuya yang begitu besar. Ia
semakin penasaran dan ingin mengetahui siapa sebenarnya Sakuya.
“Sakuya,,,,!”, terdengar suara perempuan dari dalam
rumah Sakuya
“Ayuzawa”, jawab Sakuya dengan senang.
Ketika Misako menoleh, betapa terkejutnya ia melihat
sahabatnya Meichan ada disini. Tanpa pikir panjang Misako langsung memeluknya
dan menangis bahagia.
“Meichan, aku benar –benar senang kamu ada disini.
Banyak sekali yang ingin aku ceritakan padamu., aku benar – benar takut disini.
Aku ingin pulang tapi aku gak tahu jalan dan tempat apa ini sebenarnya ? ini
dimana ? bisakah kita pulang sekarang Mei ?”, kata Misako sambil menangis.
Dengan kasarnya Ayuzawa yang dikira Meichan oleh
Misako langsung melpaskan pelukan Misako sambil menghina Misako gila. Misako
semakin sedih dan bingung dengan semuanya, ia bertanya – tanya kenapa semuanya
terjadi pada dirinya padahal dia sama sekali tidak berbuat salah. Sementara
Ayuzawa dan Sakuya masuk ke dalam rumah, Misako terdiam dan menangis tiada
henti. Ia tidak dapat menahan air mata yang keluar dari kelopak matanya. Ia
sangat takut dengan ini semua dan berharap ini semua adalah mimpi.
Dari balik jendela Sakuya melihat Misako yang sangat
menyedihkan. Dalam lubuk hatinya ia ingin melihat senyuman dan tawa Misako lagi
serta amarah Misako kepada dirinya yang belum pernah ia dapat dari cewek
manapun. Melihat Misako yang menyedihkan
Sakuya menghampirinya.
“Hei, apa kamu benar – benar wanita penakut ?
Lihatlah air matamu itu, sungguh banyak. Apa kamu mau membanjiri rumahku ?”,
kata Sakuya
“Aku tidak ingin berdebat dengan kamu jadi pergilah!
Cepat pergi”, jawab Misako
“Baiklah aku akan pergi tapi kamu harus berhenti
menangis. Tersenyum dan tertawa oke”, kata Sakuya sambil mengusap air mata
Misako.
“Apa kamu mencoba mempermainkanku ? Baiklah aku akan
tertawa dan tersenyum tapi itu bukan karena kamu, ini,,, karena aku ingin !”,
jawab Misako dengan sinis kepada Sakuya.
Dengan wajah merah karena malu Misako masuk ke dalam
rumah dan meninggalkan Sakuya sebagai tuan rumahnya. Sesaat Sakuya heran
deengan prilaku Misako,ia pun
mengikuti Misako masuk kedalam rumah.”Hei, kau ganti baju ini, kau sungguh
terlihat aneh dengan baju yang kau pakai”,sahut Sakuya saat Misako bersantai di
sofa. “apa? Pakai baju jadul seperti ini?sungguh tak keren”jawab Misako sambil
melihat baju tradisional itu.”Tak mau? Kau mau dikira orang gila?”,kata Sakuya.
Akhirnya Misako mau ganti baju tradisional itu.
“Wow....kau sungguh cocok memekai baju itu”,kata Sakuya memuji saat Misako baru keluar
kamar. Wajah Misako memerah karena pujian dari Sakuya.”Hei... mau jalan – jalan
ke sekitar kota?”ajak Sakuya. “Boleh”,jawab Misako singkat.mereke jalan –jalan
menggunakan kuda yang memang itu kedaraan utama di negara itu.
Suasana kota malam hari dengan diterangi lampion dan
bintang sungguh membuat Miasako benar – benar kagum. Sejenak Misako teringat
dengan kotanya, kota dimana ia dan sahabatnya tinggal. Misako dan Sakuya
menikmati jalan – jalan mereka. Hal tersebut membuat mereka berdua semakin
dekat. Seusai jalan – jalan mereka pulang, Ayuzawa yang sedari tadi menunggu
Sakuya pulang tampak kesal melihat Misako pulang bersama Sakuya dengan wajah
berseri – seri.
“ Sakuya, ayo kita makan malam. Aku sudah memasak
sasami kesukaaaanmu. Oh ya, Misako juga ikut ya”, kata Ayuzawa.
“Benarkah ! wah, kelihatannya sangat enak. Ayuzawa
pasti pintar masak ?”, tanya Misako
“ Tentu saja, hanya wanita bodoh saja yang tidak
bisa memasak apalagi sebentar lagi aku akan menjadi istri dari Sakuya jadi
sudah pasti aku harus pintar masak”, jawab Ayuzawa dengan sinis.
“ Sudah berhentilah bicara ! apa kamu tidak tahu
tata krama saat makan?”, bentak Sakuya kepada Ayuzawa.
“Maaf, aku pergi ke belakang sebentar !”, sela
Misako
Tiba – tiba Misako merasa sedih mendengar kalau
Ayuzawa dan Sakuya sudah bertunangan. Perasaan ini belum pernah ia rasakan
sebelumnya, perasaan yang membuat ia bingung. Saat ia berjalan di rumah Sakuya
ia menemukan sebuah ruangan yang berisi buku – buku. Tanpa pikir panjang Misako
langsung masuk dan mengambil beberapa buku untuk dibaca. Sejenak ia berfikir
tentang keberadaan dirinya di tempat ini. Misako berfikir bahwa ini sama dengan
hukum relativitas Albert Einsten yang pernah ia pelajari beberapa bulan lalu.
Tahun kucing adalah tahun dimana ia ada di kota Sushi dan tahun itu terjadi
sekitar 200 tahun yang lalu. Hal itu berarti menunjukkan Misako terlempar ke
masa lalu melalui lorong waktu. Misako yang menyadari hal ini kaget dan tidak
percaya dengan semua yang terjadi dengan dirinya.
“ Misako, dimana kamu ?”, teriak Sakuya mencari
Misako.
Misako tersadar kembali ketika mendengar suara
Sakuya dan menjawab panggilannya.
“oh, Sakuya dapatkah aku di ruangan ini malam ini
?”, tanya Misako kepada Sakuya
“Kenapa kamu ingin tinggal di perpustakaan ?”,tanya
Sakuya
“Ada sesuatu yang ingin aku cari dan aku pecahkan,
jadi dapatkah aku tinggal disini malam ini ?tolong ijinkan aku,”jelas Misako
kepada Sakuya sambil memohon
“ Baiklah, jika kau meminta. Oh ya, itu berarti kamu
dapat membaca dan menulis ? wah hebat jika kamu dapat melakukannya”, tanya
Sakuya
“ Ya jelas aku bisa orang aku datang dari masa
depan”, jawab Misako tanpa sengaja
“ apa maksudmu ?”, tanya Sakuya heran
“ bukan apa – apa, sana cepat pergi”, jawab Misako.
Dengan penasaran Sakuya akhirnya pergi meninggalkan
Misako di ruang perpustakaan. Sementara itu , Misako sibuk mencari buku dan
memecahkan tanggal dimana lorong waktu dapat kembali terbuka sehingga pada saat
itu ia dapat melakukan lompatan waktu dan kembali ke abad 21. Setelah semalaman
berhitung menggunakn prinsip relativitas dari Einstein akhirnya ia dapat
menemukan tanggal dan tempat dimana ia
dapat melakukan loncatan waktu. Waktu
tersebut dua hari dari sekarang tepatnya 25 km dari kota Sushi di kuil Sensei
di lereng gunung Waffle. Terbitnya matahari membuat Misako ingin segera pergi
ke kuil tersebut. Tanpa pikir panjang Misako langsung mengemas barangnya dan
pergi, akan tetapi tiba – tiba Sakuya datang dan memaksanya mengatakan semua
kebenarannya. Mengetahui semua kebenran yang tidak dapat dicerna oleh akal
sehat manusia, Sakuya hanya
terdiam. Karena mengetahui jauh kuil itu, Sakuya
ingin mengantar Misako. Misako sanggat senang mendengarnya hingga tak sadar
memeluk Sakuya. Sakuya mulai ikut mengemas bekal membantu Misako. setelah
selesai mereka mulai perjalanan dengan mengendarai kuda Sakuya. Bulan mulai
terlihat menyinari bumi, mereka berhenti di sebuah gubuk tua yang biasanya
dibuat untuk meronda. Suasana malam yang cukup indah membuat dua insan itu salah
tingkah dan membuat suasana canggung.
Sesaat kemudian Sakuya memulai pembicaraan akan
tetapi Misako yang kecapekan tertidur pulas hingga semua yang dibicarakan oleh
Sakuya tidak terdengar. Sakuya yang melihat Misako tertidur tertawa sendiri. Sekarang
ia mulai menyadari kalau ia menyukai Misako. Dalam lubuk hatinya ia meninginkan
agar Misako tidak kembali ke dunianya, tapi rasanya tidak mungkin untuk
mencegah Misako karena Misako sangat bersemangat dan bahagia ketika dapat
kembali ke dunianya.
Kicauan burung menyambut pagi mereka. Hari ini
adalah hari dimana lorong waktu terbuka. Dengan perasaan sedih Sakuya dan
Misako melanjutkan perjalanan. Beberapa saat kemudian mereka telah tiba di kuil
Sensei. Dikuil sensei
mereka menunggu lorong waktu terbuka. Tak ada satupun dari mereka memulai
pembicaraan .sesaat kemudian lorong waktu benar –benar terbuka. Misako yang
mengetahui lorong waktu terbuka langsung berlari menuju lorong tersebut, akan
tetapi dia terhenti oleh panggilan Sakuya.”Misako, bisakah aku ikut denganmu?
Aku sungguh tak ingin kau pergi meninggalkanku.Jujur aku sudah jatuh cinta
padamu,jadi jangan larang aku”jelas Sakuya. Sontak Misako
terdiam mendengar pengakuan Sakuya.”aku tak akan melarangmu,
jujur aku juga menyukaimu. Aku juga tak ingin berpisah denganmu.cepat !! lorong
waktu akan tertutup”kata Misako menarik Sakuya dan memeluknya .
Ambulu, 11
februari 2013
IRAWATI FIRDIAN
SARI (13)